Kampung Ornamen Celaket

Narasi awal untuk mengenal :

KAMPUNG ORNAMEN CELAKET:
Sebuah Lagi ‘Kampung Tematis’ di DAS Brantas Kota Malang

01

Oleh: M. Dwi Cahyono

A. Fenomana Kebangunan Kampung-kampung

Apabila satu dasawarsa lalu perhatian orang banyak tertuju kepada daerah (kota/kabupaten), maka sejak sekitar satu dasawarsa lalu perhatian itu mulai bergeser ke area yang lebih mikro, yaitu desa atau bahkan kampung. Ini suatu pertanda awal mengenai ‘kebangkitan kampung’ atau ‘menguatkan desa’, sebagai prasyarat bagi ‘kebangunan’ atau bahkan ‘kejayaan’ daerah. Dalam kaitan itu tepat untuk dikatakan ‘Desa Berdaya Kota Berjaya’. Kampung atau dusun merupakan basis sosio-kultural dan ekologis yang berisikan sendi-sendi kehidupan mendasar, yang kontribusi produk pembangunannya bukan hanya kepada masyarakat di kampung/dusun bersangkutan, namun memberi impak berjenjang bagi desa, daerah bahkan negara. Kejayaan negara oleh karenanya mustilah dimulai dari ‘pemberdayaan desa’, atau lebih mikro lagi dari ‘pemberdayaan dusun/kampung’.

Fenomena demikian tergambar terang di Malangraya. Tanpa disuruh, dengan inisatif sendiri dan secara mandiri warga desa/kampung dengan dimitrai oleh orang-orang tertentu dari desa/ kampung lain dan para peduli dari beragam komunitas bergerak untuk memberdayakan desa/ kampungnya. Beragam cara dilakukan untuk memberdayakannya. Salah sebuah diantaranya adalah melalui pengemasan ‘kampung tematis’ dan ‘festival kampung’. Kampung/desa yang semula bermasalah (al. kumuh, tidak tertata rapi, gersang, langganan banjir, dsb,) dan kurang dikenal, dengan pemberdayaan itu, maka berangsur-angsur dapat mengatasi masalahnya dan dikenal oleh khalayak luar. Bagaikan ‘virus pemberdayaan’, apa yang dilakukan dan berbuah nyata di suatu kampung/desa lantas menular atau diikuti secara adaptif-kreatif oleh kampung/ desa lain tetangganya. Seolah tak mau kalah, terjadilah kompetisi kreatifitas diantaranya. Suatu fenomena yang menggembirakan, dan semoga tak hanya menjadi trend sesaat.

B. Geliat Kampung di Malang, dari Kampung Warna ke Kampung Ornamen

02

Pada tahun ini (2016) di Kampung Ledhok Brantas Brang Kidul – dan kemudian diikuti oleh Kampung Ledhok Brantas Brang Lor di Kota Malang – tampil apa yang dinamai ‘Kampung Warna-Warni’ dan ‘Kampung Lukisan 3D’. Masih pada tahun ini pula, selang beberapa bulan darinya, juga pada DAS Brantas, tepatnya pada Kampung Celaket menyusul hadir ‘Kampung Ornamen Celaket’ – semula hendak dinamai ‘Kampung Batik’. Pemakaian nama ‘Celaket’ ini menarik untuk disimak, bahwa Celaket lebih direlasikan dengan areal kampung lama yang kini berada di dua kelurahan, yaitu masuk sebagian wilayah; (a) Kelurahan Rampal-Celaket, dan (b) Kelurahan Samaan. Sebagai kampung, dan sosio-budaya dan ekologi, Celaket adalah lintas wilayah administratif pemerintahan kelurahan masa sekarang.

Atas prakarsa para muda Kampung Celaket, warga RW II Kelurahan Samaan, jalan kampung di permukiman kota yang terbilang padat penduduk itupun disulap menjadi semacam ‘kanvas panjang’ yang artistik, unik, menarik dan kelak dapat dijadikan arena pembelajaran mengenai ragam-hias (ornament) di Nusantara. Dikatakan ‘Nusantara’, sebab bukan hanya ditampilkan ragam ornamen pada kain batik di Jawa, namun juga berbagai ragam-hias pada lukisan dan seni-pahat dari etnik-etnik lain di penjuru Nusantara. Pagar, dinding rumah tinggal, maupun fasilitas umum tidak luput dari sentuhan tangan-tangan terampil, yang detail menghadirkan aneka ragam-hias artistik. Tidak mudah memang, sebab tak cukup menorehkan warna-warni cat tembok, namun lebih dari itu musti menyajikan bentuk-bentuk rumit pholycrome (aneka warna) dari ornamen-ornamen terpilih. Lebih menantang lagi bila ornamen itu dilukiskan di tempat yang cukup tinggi atau di lokasi yang tidak mudah bagi pelukis untuk memposisikan diri dalam pengerjaannya. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu cukup yang lama hanya untuk menyelesaikan suatu bidang hias. Apa lagi pengerjaan dilakukan pada malam hari usai jam kerja, pada hari libur, atau disela-sela kesibukan warga.

03a

03b

03c

Sejauh ini pengerjaan belum menyeluruh di satu koridor jalan. Baru beberapa rumah-rumah tinggal dan fasiltas umum, yang berada di RT 1-4. Kendatipun demikian, telah mulai cukup terlihat, utamanya di sekitar pertigaan jalan kampung. Tak semua pemilik rumah tinggal sejak sebermula berkenan fasade rumuh tinggalnya, entah sebagian atau seluruhnya, untuk dilukisi dengan ragam hias. Pemilik rumah adalah yang memiliki hak penuh untuk memperbolehkan ataukah tidak. Namun sebaliknya, tak sedikit pula yang justru meminta sebagian atau seluruh fasade rumah tinggalnya dilukisi dengan ragam hias, sehingga pelukis lokal — yang nota bene terbatas jumlahnya – musti mengatur waktu untuk bisa mengerjakannya. Ada fenomena yang menarik, setelah rumah tetangga diberi ragam-hias, dan bagus hasilnya, yang semula kurang berkenan lantas mempersilahkan rumah tinggalnya diperindah dengan ragam-hias. Biasanya, pelukis menyuguhkan beberapa alternasi ornamen, disertai dengan pertimbangan keserasian, untuk dipilih oleh pemilik rumah tinggal.

04a

04b

04c

Yang mengetuk hati, gagasan dan usaha baik tersebut diusahakan dengan ditopang oleh ‘dana bantingan’ dari beberapa orang warga setempat. Semula kurang memperoleh sambutan aparat lokal (RW maupun Lurah), apa lagi sponsor perusahaan cat – seperti pada Kampung Ledhok Brantas, dan tanpa bantuan dana dari pihak Pemerintah Kota Malang atau pemilik dana yang demawan. Dengan perkataan lain, diawali dengan ‘sepenuhnya swakarsa atau full swadana;. Namun, justru karenanya terbebas dari intervensi pihak lain. Hal semacam ini adalah realitas lazim, yang acapkali dijumpai pada kegiatan kemasyarakatan. Memang, untuk itu dibutuhkan pionir, relawan, atau bahkan ‘kegilaan’ tertentu.

C. Revitalisasi Kampung Ornamen Celaket ke Depan

Apa yang kini ada di Kampung Ornamen Celaket dapat diposisikan sebagai ‘embrio’. Dalam arti produk riil di tahap awal, dan selanjutnya perlu untuk lebih dikuatkan (direvitalisasikan). Sebagai tahap embrional, apa yang dihasilkan itu telah cukup untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dan perancangan lanjut. Tema ‘Kampung Ornamen Nusantara’ merupakan gagasan kreatif, yang bukan sekedar ‘membebek’ pada ‘Kampung Warna-Warni’ atau ‘Kampung 3D’. Ide dasarnya sama, yaitu menorehkan ‘muatan tambahan’, berupa warna dan lukisan tertentu pada rumah tinggal, fasilitas umum beserta pernak-perniknya. Pilihan lokasi di Celaket amat tepat, mengingat bahwa baik di Kampung Celaket pada Kelurahan Rampal-Celaket maupun Kampung Celaket di Kelurahan Samaan yang berada di balik ‘Jalan Poros’ Celaket (kini ‘Jln. Jaksa Agung Soeparto’) telah terdapat aset wisata dan seni-budaya, yang antara lain ‘Festival Kampoeng Celaket I’ dan ‘CCCF (Celaket Cross Cultural Festival) I-III, kriya Batik Celaket, sejumlah seni-bangun heritage, lembah peradaban lintas masa DAS Brantas, dsb.

Boleh dibilang, Kampung Celaket kini telah cukup publish, sehingga tinggal menambahkan dan menguatkan menu wisata dan seni-budayanya. Dalam hal ‘Kampung Celaket’, kiranya tak perlu diribetkan oleh wilayah administrasi pemerintahannya yang berada di dua kelurahan yang bertetangga, sebab yang lebih penting bukanlah wadahnya, melainkan adalah countains (isi)-nya. Kemitraan antar dua atau kelurahan/desa yang bertetangga justru merupakan contoh teladan yang penting, dan Kampung Celaket dapat memulainya – demikian pula, semestinya di Ledhok Brantas Brang Lor dan Brang Kidul, yang juga berada di dua kelurahan. Ke depan, yang perlu dipersiapkan dengan baik adalah pengemasan lanjut untuk lebih menguatkannya, Nuansa ‘Nusantara’ menurut tema ‘Ornamen Nusantara’ mustilah terepresentasi dengan lebih kentara. Pada sisi lain, aspek kemanfaatannya, baik untuk wisatawan pendatang maupun bagi warga setempat musti lebih tersumbangkan. Untuk kepentingan itu, maka relasi dengan pihak luar musti lebih ditingkatkan.

Rencana untuk menjadikan Gang 1 Celaket (Jln. Jaksa Agung Soeparto) sebagai pintu masuk (entrance) menuju ke ‘Kampung Ornamen Nusantara’ tepat kiranya, karena lokasinya tepat di jalan poros Kota Malang yang melegenda. Untuk itu, gapura dan sekitar mulut gang musti dikemas khusus secara ornamentik, sehingga memiliki ‘daya pengundang’ yang kuat untuk menyinggahkan orang ke kampung yang berada di balik jalan poros itu. Pagar tembok pasca gapura yang cukup panjang dapat dijadikan sederet panil bagi ornamen-ornamen berbingkai untuk ragam-hias tematik, misalnya (a) wayang beber, (b) ragam hias dan relief candi – baik dengan warna batuan, atau ditransformasikan dengan warna-warni, (c) ragam-hias pada topeng Malangan, (d) ragam-hias pada masjid dan makam kuno, maupun (e) ragam-hias Tiong Hoa yang terdapat di Malang, dsb. Disusul kemudian aneka ragam-hias pada etnik-enik di penjuru Nusantara. Masing-masing ragam hias itu hendaknya disertai keterangan (chappter) mengenai sebutan, daerah asal, media terap di daerah asal, dan syukur mengenai makna filosofis ringkas yang terkandung. Dengan cara demikian, aneka ragam-hias itu dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk mengenal dan memahani ragam seni-hias Nusantara.

05a

05b

05c

Hal lain yang juga perlu mendapat penanganan adalah ‘membangun relasi dengan pihak luar’. Diawali dengan memperoleh dukungan dari RW, dua kelurahan bertetangga (Rampal-Celaket dan Samaan) serta Pemkot Malang via SKPD terkait (Disbudpar dan DKP). Dukungan aparat setempat, yakni Ketua RW II dan Lurah Samaan mulai mengalir pasca pelaksanaan CCCF II (tanggal 25 sd 29 Oktober 2016) – yang dihadiri oleh Wagub Jatim Saifulah Yusuf dan anggota DPR RI Ridwan Hisyam maupun Seniman Nasional seperti Sujiwo Tejo dan Didik Nini Towok, yang juga mengunjungi ‘Kampung Ornamen Celaket’. Bahkan, beberapa hari lampau, anggota DPR RI lainnya, yakni Moreno, juga sempat mengunjungi kampung ini, dan menjanjikan untuk memberi bantuan dana bagi upaya melanjutkan pengerjaan ornamen di rumah-rumah tinggal dan fasiltas umum lainnya, yang kini permintaan kian meluas di RT (selain RT 1-4) bahkan di areal Celaket lain dalam wilayah Kelurahan Rampal-Celaket. Bahkan, Perusahaan perakitan listrik Phillip turut sumbangkan dua buah lampu sorot besar. Giliran ke depan mendapatkan dukungan dari SKPD terkait di Kota Malang dan sponsor perusahaan cat yang berminat.

Mengingat bahwa seniman lokal yang selama ini mengerjakan ornamen di Kampung Celaket terbatas jumlahnya, maka ke depan dicoba gagas untuk melaksanakan parade atau barangkali bisa dalam bentuk lomba pembuatan ornamen etnik pada ruas-ruas tertentu, dengan konsep dan desain pokok yang telah dirancang terlebih dahulu. Dengan cara demikian, maka percepatan (akselerasi) pengerjaan ornamen dapat terbantu. Upaya ini sekaligus memberi kesempatan bagi khalayak luar Celaket untuk mengkontribusikan karya seni-kriya lukisnya. Tidak kalah penting adalah merancang upaya produktif bagi warga, yang diharapkan bakal memberi ‘nilai tambah’ bagi warga setempat, baik lewat usaha kuliner, kerajinan, home stay maupun kegiatan pelatihan-pembelajaran yang relevan. Semoga, ikhtiar tersebut kelak membuahkan hasil.

Ayo…. kampung-kampung lain bergegas menyusul !!!
Salam budaya, ‘Nusantarajayati’.
Nuwun.

PATEMBAYAN CITRALEKHA,
Sengkaling, 13 Nopember 2016

Tinggalkan komentar